<
Sudah lama terjadi perubahan persepsi tentang "perubahan" di dalam —apa yang sering disebut— Islam tradisional yang dari penglihatan sosiologi positivistik merupakan 'batu karang yang tak pernah berubah' dan karena itu menjadi penghalang modernisasi. Sejak antropologi diterima sebagai perangkat baru untuk melihat perubahan-perubahan sosial, telah banyak karya-karya yang provokatifdilahirkan. Dengan pendekatan itu pula, Nahdlatul Ulama telah "ditampilkan" secara baru, dan pada umumnya dengan penuh empati dan sekaligus penuh daya-kritis.